DISKOMINFOTIKSAN, DUMAI –Siapa yang tidak kenal layang-layang, dengan banyak bentuk dan motif dengan berbagai ukuran besar hingga kecil, bahkan Negara tetangga Malaysia punya Layangan yang dikenal dengan sebutan Layang “Wau Bulan”. Permainan tradisional ini juga masih dimainkan oleh masyarakat Kota Dumai.
“Kita punya Layang-layang tradisional yang sudah ditetapkan menjadi WBTB, namanya Layang “Kuau Raja Tebuk Isi”, sebut Amronshah, Tokoh Budaya asal Kota Dumai Pelestari Permainan Rakyat.
Layangan Kuau Raja Tebuk Isi yang merupakan karya Amronshah. Layang-layang tersebut pun telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek pada tahun 2023 lalu.
Dijelaskannya, Layang Kuau Raja Tebuk Isi diambil dari nama burung Kuau Raja, fauna endemik hutan tropis Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Kuau Raja adalah burung yang lebih banyak menghabiskan waktunya berjalan di darat dibandingkan terbang dari satu titik ke titik lainnya.
“Jangan salah sebut, nama layangan ini “Kuau” bukan “Kurau”, kalau Kurau itu nama ikan, dan banyak juga layangan yang berbentuk ikan” sebut pria yang kerap disapa Pak Am.
Secara morfologis, tampilan burung ini mulai dari mahkota di bagian kepala, sayap kiri dan kanan, hingga ekornya dituangkan ke dalam Layang Kuau Raja.
Satu hal yang membuat Layang Kuau Raja Tebuk Isi begitu khas adalah keberadaan pitu-pitu (berasal dari Bahasa bugis: tujuh), bagian yang disematkan di belakang kerangka layangan dan terbuat dari rotan tipis. Saat Layang Kuau diterbangkan, pitu-pitu akan menimbulkan 7 macam suara yang khas.
Layang Kuau Raja Tebuk Isi, selain terinspirasi dari burung Kuau Raja juga dinamai sesuai cara pembuatannya. Secara harafiah tebuk berarti melubangi, maka tebuk isi adalah proses melubangi dan menuangkan motif yang ingin diisi dan disajikan pada Layang Kuau Raja Tebuk isi.
Proses menebuk dilakukan dengan melubangi lembaran kertas utama, dilanjutkan dengan menuangkan warna kedalam motif yang dipilih berulang-ulang menggunakan kertas berwarna.
Berbagai motif yang dituangkan di atas lembaran kertas layangan biasanya berupa corak-corak tumbuhan endemik yang ada di Kota Dumai, khususnya tumbuhan yang ada disekitar pesisir laut, seperti daun pakis dan bunga raya. Beliau juga menambahkan corak “Periuk Beruk” atau biasa disebut kantong semar yang juga merupakan salah satu motif khas yang banyak digunakan oleh pengrajin batik khas Kota Dumai.
Sejak 2003 Sanggar Layang-layang Purnama yang ditaja oleh Amronshah telah menginisiasi terciptanya Layang Kuau Raja ini dan telah banyak diajarkan kepada masyarakat dan pelajar di Kota Dumai. Layang Raja juga telah banyak dikenalkan pada kegiatan-kegiatan seperti Festival Layangan baik di Kota Dumai, Provinsi dan Nasional hingga negara tetangga Malaysia.
“Kita berharap acara atau festival layangan di Kota Dumai bisa dilaksanakan 3 atau 2 kali dalam setahun agar tetap eksis dan semakin diminati oleh masyarakat, harap Amronshah.
Terakhir, Amronshah juga berharap agar Pemko Dumai bisa membuat tugu Layang-layang Kuau Raja Tebuk Isi yang nantinya bisa dijadikan pengingat dan ikon baru bagi Kota Dumai.
Penganugerahan WBTB bagi Layang Kuau Raja Tebuk Isi harusnya menjadi semangat bagi pengrajin dan penggiat layangan serta Pemerintah Kota Dumai untuk terus melestarikan permainan tradisional ini, sehingga kelak anak cucu kita tidak hanya sekedar tahu tetapi juga turut memainkannya. (nh.)